Ketika Anak Mengaku Melihat Hantu

Ada seorang anak perempuan kelas 1 SD. dia sering bilang kalau di tempat-tempat tertentu melihat sosok-sosok yang menyeramkan, seperti hantu pocong, kuntilanak, dan sebagainya. Hal itu sering membuat anak perempuan itu ketakutan. Sementara orang tuanya sendiri tidak percaya dengan hal-hal seperti itu, dan tidak pernah melihatnya. Orang tuanya mengatakan, kalau hal-hal seperti itu tidak ada, tetapi anak itu tetap bilang kalau melihatnya dan ketakutan.

Bagaimana cara menghadapinya ?

Mari kita kembali pelajari cara berpikir anak kelas 1 SD yang rata-rata usia 7 tahun. Anak usia 7 tahun adalah usia Mumayyiz, di mana pada saat ini anak sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang nyata dan mana yang khayalan. usia di bawah ini pola pikir anak adalah realistis. Menganggap semua yang dilihatnya adalah kenyataan.Misalnya dia melihat tayangan film orang bisa terbang, maka yang ada dalam pikiran anak adalah dia benar-benar bisa terbang. Belum bisa memahami bahwa itu adalah settingan atau rekayasa. Termasuk apa yang dilihat di televisi tentang hantu, dia akan berpikir bahwa yang dilihat adalah hantu yang sebenarnya padahal itu hanya akting belaka.

Cara berpikir mereka masih tidak logis, belum konsisten. Tergantung pengaruh yang paling kuat pada dirinya. Juga belum sistematis, masih meloncat-loncat. Selepas anak Mumayyiz dia sudah mulai bisa berpikir secara logis. Mereka mulai bisa membedakan mana yang khayalan dan mana yang realistis. Perkembangan cara berpikir setiap anak berbeda-beda. Tergantung dari asupan pendidikan yang mereka terima, dan pola asuh yang diterapkan orang tua.

Anak akan berpikir abstrak jika dia terlalu banyak terpapar gadget. Khayalannya terlalu tinggi, sehingga bagi orang yang belum paham, menganggap dia adalah anak yang suka berbohong. Padahal, dia sedang berkhayal. Nah, untuk kasus anak perempuan itu bisa dicermati. Apakah dia berkhayal, berbohong, atau memang benar-benar nyata? Bagaimana akses gadgetnya? Jika sering pegang gadget, apakah yang sering dia lihat? Jika tidak, lihatlah yang selama ini paling dekat dengan dia, karena sangat mungkin dia mendapat pengaruh dari yang bersangkutan. Buku apa yang sering dia baca? Apakah dia terpengaruh dari bacaannya?

Namun secara sederhana, yang paling bisa terlihat adalah ekspresi anak. Jika wajahnya terlihat serius, terlihat takut, maka percayalah kepada dia, bahwa dia benar-benar bisa melihat makhluk gaib. Apakah makhluk gaib itu ada? Ada. Bahkan salah satu rukun iman, kita harus percaya kepada makhluk gaib. Rukun iman yang kedua, percaya kepada Malaikat. Malaikat itu gaib. Di samping malaikat, Allah juga menciptakan jin. Jin itu makhluk gaib. Mereka ada di sekitar kita, tetapi kita tidak bisa melihatnya.

Bagaimana Solusinya?

  1. Percayalah kepadanya. Berikan dia kepercayaan. dia sangat membutuhkan perlindungan dan rasa aman. Jika dia dalam kondisi ketakutan dan dia tidak dipercaya, ibarat sudah jatuh ditimpa tangga pula. Hal ini sangat berat bagi dia yang usianya masih sangat dini.
  2. Ajaklah dia bicara. Tanyakan perasaannya. Berikan dia ruang untuk melepaskan semua yang dia rasakan, dia lihat, dan dia alami. Hal ini sangat penting bagi dia agar kesehatan mental dia terjaga.
  3. Konsultasikan kepada ustaz yang mempunyai ilmu tentang hal gaib, karena melihat hal gaib bukanlah kelaziman manusia. Kita berbeda dunia dengan dunia gaib. Diusahakan agar dia tidak lagi bisa melihat makhluk gaib, karena hal itu akan menganggu kehidupan dia.
  4. Selama dia masih diberikan kemampuan melihat makhluk gaib, berikan pendampingan intensif. Berikan pemahaman bahwa :
  • mereka ciptaan Allah. Jika kita baik, mereka tidak akan menganggu kita
  • banyak berdoa agar mereka tidak menganggu
  • bacalah basmalah dan ta'awud jika melihat mereka
  • peluklah dia, berikan rasa nyaman

 

Oleh : Farida Nur 'Aini (Konselor Parenting dan Keluarga)
Sumber : Majalah Hadila Februari 2023 | Edisi 188
Foto : pexels-ivan-samkov