Flexing Atau Inspiring ? Hadapi Era Digital Dengan Bijak Dan Bermakna

Akhir-akhir ini media sosial (medsos) ramai dengan perbincangan mengenai perilaku flexing. Bahkan, beberapa pejabat sampai diperiksa pihak berwajib karena ia atau anggota keluarganya kerap memamerkan harta kekayaan di medsos. Pada era digital ini, anak-anak dapat dengan mudah mengakses medsos dan berkawan dengan berbagai karakter manusia. Hal itu membuat banyak dari mereka yang berlomba-lomba ingin terlihat keren, misalnya dengan outfit-outfit branded, sehingga menimbulkan fenomena flexing.

Secara umum, flexing adalah suatu tindakan di mana seseorang memamerkan harta kekayaan atau pencapaian. Perilaku ini tentu tidak baik karena bisa menyebabkan berbagai hal negatif. Misalnya, membuat orang lain berburuk sangka, iri, atau merasa insecure.

Rasulullah pun mengajarkan kita untuk tidak hidup sombong, tetapi hidup sederhana dan sewajarnya. Apabila kita diberi fasilitas dari Allah, bersyukur dan gunakan yang baik. Misalnya kita cukup secara finansial, maka gunakan harta yang dititipkan Allah itu di jalan dakwah, seperti membantu teman yang kekurangan.

Faktor Pemicu Perilaku Flexing

Ada banyak faktor loh yang menjadi pemicu orang-orang berlaku flexing.

  • Ingin mendapat sorotan media.
  • Merasa ingin "diakui" oleh orang-orang terdekatnya.
  • Menjadi kepuasan tersendiri, dan bahkan merupakan kebutuhan penting baginya.

Dalam Islam, flexing juga dapat disebabkan pengaruh ghazwul fikri atau perang pemikiran. Kita dijajah oleh sesuatu yang halus, tak terasa, musuh yang diam-diam menyusup, berupa hiburan, makanan, juga fashion. Hal tersebut membuat generasi muslim hidup berfoya-foya, hedonis, pamer, karena tidak menerapkan ajaran Rasulullah.

Dua Sisi Flexing : Menginspirasi atau Bikin Iri?

Mengenai flexing ini, ada yang berkilah dengan mengatakan jika hal itu dilakukan untuk menginspirasi orang lain, bukan pamer, tetapi tidak sedikit yang sengaja menunjukkan pencapaiannya demi tetap eksis di media sosial.

Hal yang membuat mimin tidak setuju dengan perilaku flexing atau pamer. Dari perkataan Ibnu Taimiyah Radhiyallahu Anhu, "Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad (iri). Namun, orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia (hatinya) akan menyembunyikannya."

Mungkin sebagian orang di luar sana menganggap kegiatan pamer ini sebagai hal biasa dan wajar, atau malah menjadi salah satu wujud dari self-love, self-respect, atau embel-embel self lainnya. Namun, ini tidak lebih dari sebuah ajang menyakiti diri sendiri. Sesuai perkataan Ibnu Taimiyah, tidak ada orang yang benar-benar lepas dari rasa iri. Hal yang menurut kita tidak penting sekalipun bisa menjadi hal luar biasa yang diinginkan orang lain. Islam mengajarkan kita untuk tidak riya nama lain flexing. Bagi mimin, kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak kita diakui orang lain.

Flexing itu sifatnya relatif. Walaupun lebih condong ke arah negatif, ada pula flexing yang masih bernilai positif. Kebutuhan validasi merupakan salah satu alasan utamanya. Misalnya flexing atau pamer harta kekayaan di media sosial, berpengaruh buruk terhadap perilaku manusia. Mereka bisa menjadi hedonis dan target kejahatan. Namun, dari adanya flexing tersebut, masyarakat termotivasi untuk kerja keras.

Selain itu, flexing prestasi juga baik karena bisa meningkatkan personal branding seseorang. flexing bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda. Bisa jadi flexing menjadi wadah salah satu kebahagiaannya. Oleh karena itu, ada baiknya kita bersikap tak acuh terhadap seseorang yang melakukan flexing apabila hal itu tidak mengganggu kita. Ambil yang baik, buang yang buruk. Jadikan flexing tersebut inspirasi dan motivasi kita untuk jadi lebih baik.

Ini Cara Menghindari Flexing Versi Ahli

Nah Sahabat, agar terhindar dari perilaku yang tidak bermanfaat tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Namun sebelumnya, kita perlu tahu dulu ciri-ciri orang yang gemar flexing. Menurut Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) ada enam ciri orang-orang yang senang pamer.

  • Topik yang dibicarakan selalu mengenai uang dan harta.
  • Sering memanipulatif orang.
  • Tidak punya empati.
  • Bermuka dua.
  • Selalu ingin terlihat menawan dan elegan.
  • Narsistik (kondisi gangguan kepribadian di mana seseorang akan menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi).

 

Setelah itu, Sahabat bisa menghindari perilaku tersebut dengan menerapkan dua cara ini :

  • Pertama, hidup sederhana. Dengan hidup sederhana, kita dapat berhemat, lebih bersyukur dengan apa yang dimiliki, serta lebih tenang dan bahagia. Syukur-syukur ditambah syukurnya dengan melakukan sedekah deh.
  • Kedua, pilih circle pertemanan yang pas. Beberapa orang dapat berubah sesuai lingkar pertemanan mereka. Jika berteman dengan orang baik, maka kamu akan ikut menjadi baik. Begitu pula sebaliknya.

Jadi, Yuk, Hadapi Perilaku Flexing di Sekitar Kita Dengan Bijak

Jika di sekitar kita ada orang yang kita kenal gemar melakukan flexing atau memiliki ciri-ciri seperti di atas, apa yang harus kita lakukan? Kita perlu mencari tahu apa yang menyebabkan orang tersebut melakukan flexing. Setelah itu, kita bisa memberikan nasihat. Ajak ngobrol. Semua kegiatan pasti ada sebabnya, bisa jadi ada masalah yang dia alami, sehingga bersikap seperti itu. Kalau memang alasannya tidak tepat, kita bisa memberi tanggapan atau nasihat atau support agar tidak melakukan hal tersebut. Nah, Sahabat, yuk kelola diri supaya tidak terjerat godaan untuk flexing, dan Insyaallah hidup pun akan lebih tenang. Jadikan hidupmu lebih amazing tanpa flexing.

 

  • Oleh :

Teen Journalist Iffa Aulia Zakia SMAIT Nur Hidayah Sukoharjo

Teen Journalist Luthfia Quinnzha A. N. SMPN 13 Bandar Lampung

Teen Journalist Sivia Aulia Sahara Sya'ban I MAN Kota Surabaya

Teen Journalist Sahnaz Nurrizqy Nashrullah I MAN 2 Kota Malang 36

  • Sumber :

Majalah Keluarga Hadila Edisi 191

  • Foto :

Solopeduli.com