Rahasia Membangun Keluarga Harmonis Yang Dirindukan Surga

Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat. Namun nikmatnya dekat dengan keluarga akan sempurna jika kelak bisa berkumpul hingga ke surga. Lantas bagaimana membangun keluarga harmonis penuh cinta dan kasih sayang dunia dan akhirat? Berikut ulasan lengkap Ustaz Salim A. Fillah dalam seminar parenting bertema Membangun Harmoni Keluarga yang Dirindu Surga.

Family goals seorang pasangan suami istri adalah memiliki zuriah atau keturunan yang saleh dan salihah. Keluarga yang bertakwa kepada Allah, pastilah merindukan berkumpul bersama hingga di surga kelak. Hal itu sesuai firman Allah, "Dan orang-orang yang beriman, beserta zuriah yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya." (Q.S. At-Thur: 21)

Zuriah di sini bisa bermakna anak cucu atau generasi ke atas maupun generasi ke bawah. Zuriah dengan nasab itu disamakan dengan zuriah karena sebab yaitu karena cinta. Cinta, menurut Ibnu Katsir bisa menjadikan seseorang mendapat derajat atau level sama dalam surga, dikumpulkan bersama keluarga ataupun orang yang dicintainya dengan catatan mereka masing-masing termasuk ahli surga. Sehingga orang tua perlu fokus bagaimana mengajak seluruh keluarga untuk terus bertakwa di dunia hingga di akhirat kelak secara bersama-sama.

Jika ditanya bagaimana kita memiliki keluarga harmonis yang diridai, Allah Swt pun menjelaskannya dalam Alquran Surah Ar-Rum ayat 21. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."

Kata litaskunu ilaiha berarti Tuhan menciptakan perjodohan bagi manusia agar satu sama lain merasa tenteram terhadap yang lain. Jika rasa tenteram sudah hadir di antara kedua orang yang terpaut, maka keharmonisan akan muncul untuk membangun keluarga islami yang diridai. Apa syarat harmonis? Allah berfirman di dalam ayat yang sama, yakni nafs atau berasal dari diri sendiri. Seorang suami hendaknya selalu memahami dan melindungi istri dengan penuh kasih sayang. Istri juga demikian, harus memahami dan menjadi makmum yang taat akan perintah syar'i suami. Sehingga peran dan fungsi suami istri bisa dijalankan secara maksimal untuk menuju family goals.

Terkait pendidikan, anak cerdas cenderung memiliki orang tua yang cerewet, khususnya ibu. Cerewet di sini maksudnya adalah cerewet yang tujuannya semata-mata demi kebaikan sang anak, tanpa ada penghinaan dan cemooh di dalamnya. Sementara sosok ayah juga berperan dalam mencerdaskan buah hati secara lebih tegas tetapi berisi, seperti layaknya nasihat Ibrahim kepada Ismail, Lukmanul Hakim kepada anaknya di dalam Alquran.

Agar anak tumbuh cerdas, orang tua perlu 'cerewet' sedari balita. Cerewet di sini yakni mengajak buah hati ngobrol interaktif, mengenalkan kalimat-kalimat Allah, mengenalkan berbagai hal, meski sang buah hati belum mengerti apa maksudnya. Saat mengganti popok bayi kita misalnya, kita coba ajak ngobrol 'Masya Allah, anak sholih, anak sholihah, sekarang ganti popok dulu ya. Alhamdulillah, adik masih bisa BAB dengan lancar. Itu tandanya Allah masih memberikan kesehatan.

Penyebab banyaknya keluarga mulai tidak harmonis adalah pengaruh gadget. Tak bisa dipungkiri bahwa teknologi memang membawa dampak positif dalam komunikasi, tetapi teknologi juga bisa membawa dampak negatif apabila penggunaannya tidak terkontrol. Banyak orang tua zaman now bersikap mode 'silent' ketika anak mengajak bermain, sehingga tak bisa dipungkiri, anak-anak akan mencari hiburan dengan handphone karena teknologilah yang merespons kebutuhan anak.

Oleh karena itu, orang tua perlu menciptakan keharmonisan dalam rumah dengan kegiatan dan perilaku positif. Misalnya ayah mengelus rambut putrinya, ibu yang menanyakan apa saja kegiatan anak lelakinya selama di sekolah, kakak yang selalu membantu adik belajar dan sebagainya. Karena dengan sikap yang ditunjukkan di rumah, anak akan memiliki kebiasaan baik dan penuh dengan perhatian.

Secapek-capeknya kita (ayah) saat pulang bekerja, cobalah untuk tetap memperhatikan anak. Misalnya ke kamar anak, tanyakan perihal kegiatan sekolah. Atau ayah mengajak bermain anak dengan permainan playground sederhana. Ya dari tubuh ayahnya. Misalnya ayunan tangan atau kaki. Hal-hal sederhana seperti itu justru bisa membangun kedekatan dengan buah hati.

Selain itu keluarga juga harus memiliki rasa mawaddah artinya keluarga yang penuh dengan rasa cinta. Rasa cinta dan kasih sayang juga menjadi landasan menuju keluarga yang harmonis. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan perhatian yang lebih kepada istri atau sebaliknya. Istri yang merawat suaminya dengan penuh cinta tentunya akan membuat sang suami betah tinggal di rumah dan tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang agama.

 

Oleh : Afroh Ellyfa

Foto : pexels-mikhail-nilov

Sumber : Majalah Keluarga Hadila Edisi 147